Lebih banyak dari sekolah

Catatan Untuk Hari Pendidikan Nasional

Senin ini, 2 Mei 2011 sekolah Aisha diliburkan. Para guru hendak menghadiri upacara untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional – apapun artinya itu.

Libur, seperti kebanyakan hari-hari dimana Aisha tidak bersekolah formal adalah kesempatan dia untuk mengejar ketertinggalannya. Bukan dari pelajaran dan kurikulum sekolah, tapi dari apa yang ia bisa pelajari diluar sekolah. Menyakitkan, memang..mengapa  kami mempertahankan sekolah formal. Tetapi hal seperti itu bukan sesuatu yang hendak saya urai.

Libur, seperti biasanya, akan membuat Aisha lebih bersemangat. Bangun pagi, memulai macam-macam kegiatan (biasanya dia akan “minta” membantu pekerjaan rumah tangga), lalu bermain,membaca, eksplorasi dengan komputer hingga membuat prakarya. Selalu ada energi lebih bahkan pada satu hari libur saja.

Libur, bukan hanya membuat Aisha merasa bebas tetapi membuatnya belajar. Terakhir saya meminta ijin tidak masuk ke sekolah karena saya dan Maliq sakit, Aisha mempelajari sendiri buku matematika yang tidak digunakan di sekolahnya,tetapi sekolah sepupunya. Dia juga mempelajari sendiri buku lagu-lagu anak untuk bermain pianika –sesuatu yang belum diajarkan di sekolah formalnya.

Di awal kepindahan kami ke Pelaihari, saya mengajak Maliq, 3 tahun, untuk bermain ke PAUD didekat sekolah Aisha. Maksudnya ingin memperkenalkan Maliq pada lingkungan barunya dan mengatasi masalah bahasa. Ternyata Maliq menyukainya, dan dengan dasar menghormati hak dia untuk belajar dimanapun, saya dan suami sepakat “menyekolahkan” Maliq di PAUD tersebut.

Tetapi rupanya “keputusan berani” kami memasukkan Maliq ke sekolah usia dini malah menunjukkan betapa banyaknya yang bisa ia pelajari Jika ia tidak ke sekolah. Alhamdulillah, Maliq sudah kembali belajar di rumah.

Saya tidak berminat membicarakan sistem pendidikan, kompetensi guru, apalagi suasana sekolah. Hanya ingin membuat catatan pribadi menjelang hari pendidikan nasional : di rumah, anak-anak saya belajar Lebih banyak dari sekolah.