Hujan mulai
jarang turun di kota kecil kami, maka kesibukan rumah bertambah satu yaitu
menyiram tanaman. Pekarangan sekitar rumah memang kami tanami beberapa jenis
sayuran dan bumbu, selain karena tidak ada tukang bunga yang berkeliling perumahan
seperti di Bekasi, tujuannya memang
untuk digunakan sendiri. Lumayan, beberapa bulan terakhir saya sudah tidak lagi
membeli cabai, tomat, sereh, kunyit, jahe dan bahkan kemangi.
Untunglah ada “asisten”
yang setia membantu melakukan pekerjaan tambahan ini : Maliq. Dengan senang
hati ia akan menyirami tanaman dengan selang sambil bermain air. Suatu pagi,
tiba-tiba ia ribut memanggil saya yang sedang merapikan dapur,” Mamiii, lihat..lihat...ada
Bayi Tomat!”
Ternyata yang
dimaksudkannya adalah buah-buah tomat yang mulai muncul dari pohon, yang masih
berwarna hijau.
“Kalau tomat
nggak melahirkan,de!,” tukas Aisha ikut mengamati
“Jadi?”
pancing saya
“Berbuah”
“kenapa dia
berbuah?”, tanya saya lagi
“karena dia
mau punya anak”,jawab Maliq
“Iya, namanya
berkembang biak. Tapi yang benar, buah itu cadangan makanannya,”jelas saya
“pohon tomat
makan apa mi?”,tanya Maliq lagi
“Pupuk
kandang, air dari dalam tanah,”sahut Aisha
“Benar,
dihisap masuuuk lewat batangnya, dikirim ke daun lalu dimasak disitu”,jawab
saya lagi
“pakai zat apa
mi? Kloro..kloro...,”Aisha bertanya
“Klorofil,zat
hijau daun”
“Kompornya
mana?”,tanya Maliq
“Sinar
matahari”,jawab saya
“Airnya, ade
yang ngasiih...yeeee!”, Maliq gembira sekali
“Itu kah
fotosintesa?”,Aisha menyimpulkan sendiri,”Kakak pernah baca dimanaa gitu”
Ternyata,
sambil membantu pekerjaan ibu nya anak-anak saya sudah belajar sesuatu. Ah,
senangnya bisa mendampingi mereka untuk momen seperti ini.
Komentar
Posting Komentar