Saat pindah rumah saya menyadari banyaknya buku yang kami miliki. Hampir seperempat (dan itu artinya lebih dari 100 judul) buku diantara koleksi kami adalah milik anak-anak. Untuk dibuat katalog rasanya tidak cukup waktu karena Maliq dan Aisha cepat sekali berpindah dari satu buku favorit ke buku lainnya sehingga saya mulai berpikir untuk mengelompokkan dan menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan “mengapa buku ini kami miliki”, rasanya cukup menyenangkan bagi kami berempat untuk mengingat-ingat mengapa sebuah buku kami beli atau miliki.
Dua buku ini dibeli dengan tujuan yang sama : belajar membaca dan mengenal huruf. Yang pertama, Pandai Membaca-Sebuah panduan bagi orang tua dalam mengajarkan anak membaca karya Esti Nugraheni-Penerbit Bhuana Ilmu Populer. Saya membelinya untuk Aisha kira-kira empat tahun yang lalu. Aisha menyukai buku ini dan berhasil membaca pada usia 3 tahun 7 bulan. Tentu saja bukan hanya karena buku ini. Tetapi untuk mengenalkan huruf vokal a-i-u-e-o dan hubungan bunyi konsonan dan huruf vokal, buku ini lumayan mudah dipelajari anak-anak. Metodenya langsung membuat anak membaca fonem, bukan mengeja. Kelemahannya anak jadi kurang mengetahui nama huruf. Aisha berhenti menggunakan buku ini pada fonem yang terdiri dari 3 huruf seperti tri-tro-tru karena langsung tertarik dengan buku cerita Dinosaurus.
Maliq berhenti beberapa bulan yang lalu pada bunyi 2 huruf (ca-ci-cu-co) karena tertarik pada buku baru.
Mengenal dan Menulis Huruf a-z (Fabian)
Saya merasa keterampilan Maliq membaca lebih dipengaruhi oleh buku ini, walaupun lebih menekankan pada pengenalan nama huruf satu per satu dibandingkan dengan bunyi seperti pada buku pertama yang lebih mempengaruhi keterampilan membaca Aisha dulu.
Yang pasti, saya enggan memasukkan anak untuk kursus baca tulis! Bahkan ketika saya masih sibuk bekerja, saya mengajarkan sendiri keterampilan yang satu ini.
Cara anak belajar membaca kenyataannya memang berbeda-beda seperti juga yang diungkapkan pengalaman seorang ibu Homeschooler Marty Lane dalam buku Ibuku Guruku dimana keempat anaknya belajar membaca dengan cara yang benar-benar berbeda.
Yang pasti intinya adalah kesabaran dan pemahaman akan kesiapan anak itu sendiri. Anak-anak saya mungkin membaca dan berminat akan bacaan pada usia yang relatif dianggap cukup muda karena membaca dan membaca buku adalah hal yang mereka lihat setiap hari dilakukan oleh kedua orang tuanya , tetapi beberapa orang tua bahkan menginginkan anaknya membaca pada usia yang lebih muda lagi!
Sebenarnya, santai saja, pada waktunya anak anda akan menunjukkan kesiapan untuk membaca dengan sendirinya
Dua buku ini dibeli dengan tujuan yang sama : belajar membaca dan mengenal huruf. Yang pertama, Pandai Membaca-Sebuah panduan bagi orang tua dalam mengajarkan anak membaca karya Esti Nugraheni-Penerbit Bhuana Ilmu Populer. Saya membelinya untuk Aisha kira-kira empat tahun yang lalu. Aisha menyukai buku ini dan berhasil membaca pada usia 3 tahun 7 bulan. Tentu saja bukan hanya karena buku ini. Tetapi untuk mengenalkan huruf vokal a-i-u-e-o dan hubungan bunyi konsonan dan huruf vokal, buku ini lumayan mudah dipelajari anak-anak. Metodenya langsung membuat anak membaca fonem, bukan mengeja. Kelemahannya anak jadi kurang mengetahui nama huruf. Aisha berhenti menggunakan buku ini pada fonem yang terdiri dari 3 huruf seperti tri-tro-tru karena langsung tertarik dengan buku cerita Dinosaurus.
Maliq berhenti beberapa bulan yang lalu pada bunyi 2 huruf (ca-ci-cu-co) karena tertarik pada buku baru.
Mengenal dan Menulis Huruf a-z (Fabian)
Buku ini dirancang untuk mengenal huruf dengan mengaitkannya pada benda-benda yang berwalan dari bunyi huruf tersebut. Misalnya B untuk Bola, C untuk cangkir dan seterusnya. Modelnya yang Pop Up memang sangat menarik untuk anak-anak dan membuatnya mudah digunakan juga.
Saya merasa keterampilan Maliq membaca lebih dipengaruhi oleh buku ini, walaupun lebih menekankan pada pengenalan nama huruf satu per satu dibandingkan dengan bunyi seperti pada buku pertama yang lebih mempengaruhi keterampilan membaca Aisha dulu.
Yang pasti, saya enggan memasukkan anak untuk kursus baca tulis! Bahkan ketika saya masih sibuk bekerja, saya mengajarkan sendiri keterampilan yang satu ini.
Cara anak belajar membaca kenyataannya memang berbeda-beda seperti juga yang diungkapkan pengalaman seorang ibu Homeschooler Marty Lane dalam buku Ibuku Guruku dimana keempat anaknya belajar membaca dengan cara yang benar-benar berbeda.
Yang pasti intinya adalah kesabaran dan pemahaman akan kesiapan anak itu sendiri. Anak-anak saya mungkin membaca dan berminat akan bacaan pada usia yang relatif dianggap cukup muda karena membaca dan membaca buku adalah hal yang mereka lihat setiap hari dilakukan oleh kedua orang tuanya , tetapi beberapa orang tua bahkan menginginkan anaknya membaca pada usia yang lebih muda lagi!
Sebenarnya, santai saja, pada waktunya anak anda akan menunjukkan kesiapan untuk membaca dengan sendirinya
>Sebenarnya, santai saja, pada waktunya anak anda akan menunjukkan kesiapan untuk membaca dengan sendirinya
BalasHapusBetul banget. Sebetulnya kalau nggak diburu-buru, rata-rata sebelum usia kelas 1 SD anak-anak sudah bisa membaca. Bisa membaca tapi benci membaca itu malah berbahaya.
iri deh pas baca : "Yang pasti, saya enggan memasukkan anak untuk kursus baca tulis! Bahkan ketika saya masih sibuk bekerja, saya mengajarkan sendiri keterampilan yang satu ini"....
BalasHapusterus terang Yasmin aku masukin ke suatu kursus baca anak yg lumayan terkenal, dan ternyata setelah kami (umi abinya) evaluasi, metode yg diterapin terlalu berbelit2,padahal dulu ibuku cuma butuh waktu 3 bulan tuk ngajarin aku baca, sedangkan di kursus itu butuh waktu 6 bln sampe anak bisa baca, itupun terbatas pada kata dgn 4 huruf..jadi kami mutusin tuk gak melanjutkan lg kursusnya.insya Allah mau kami ajarin sendiri..
kalo utk membaca huruf hijaiyyah, alhamdulillah dari awal kami yg langsung mengajarnya, dan sdah ada perkembangan yg cukup pesat...emang jd ortu harus mau bersusah2 ya, thanx for sharing mba ^_^