Belajar Menulis

Bisa disetarakan dengan cinta pada
pandangan pertama, meskipun saya lebih
percaya pada pandangan kedua. Jika pada
pandangan pertama tidak menarik, tidak
ada salahnya mencoba pandangan kedua

[G.Lini Hanafiah-E book Yuk Nulis! Mengurai benang kusut menjadi tulisan inspiratif; hal.13 ]

Sepenggal kalimat itu dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa dalam teknik menulis, bagian awal sangat penting dan menentukan ketertarikan pembaca terhadap kelanjutan sebuah tulisan.

Tapi bagi saya, itu adalah "terjemahan" rasa saya terhadap bagian pelajaran bahasa Indonesia yang kerap disebut : Mengarang. Tadinya kegiatan mengarang dan tulis menulis benar-benar tidak menarik buat saya. Apalagi dimulai di kelas dengan guru yang menggunakan kalimat "coba buat karangan...

Aduh, aduh. Mengatakan pengalaman pribadi saja sulit, apalagi menuliskannya.

Tetapi ketidaksukaan saya pada pelajaran membuat karangan lah yang mendorong saya untuk mulai mengoleksi buku-buku sastra. Dimulai dari kumpulan cerpen KOMPAS, Fira Basuki, Seno Gumira Ajidarma, Eka Budianta..dan terus dan terus melawan kesukaan saya pada novel-novel paperback terjemahan model Mary Higgins (Tapi tentu saja tidak menyingkirkan John Grisham).

Lalu menyadari ketidaksukaan dan ketidakmampuan saya membuat sebuah karangan (baca:tulisan) yang baik tidak boleh menular apalagi menurun pada anak-anak saya. Ini dimulai tentunya sejak saya memutuskan untuk tidak 100% menyerahkan urusan pendidikan akademik mereka ke sekolah.

Jadilah : boom! saya mulai mempelajari hal yang saya anggap sulit dan tidak menarik ini : menulis. Bahkan-walaupun belum ada satupun tulisan saya yang layak dibaca, saya sudah coba-coba mendorong Aisha untuk juga belajar menulis. Mulai dari menuliskan pengalamannya ketika melakukan field trip.

Lalu, saya pun selesai membaca buku Yuk Nulis yang kutipannya dicantumkan diatas. Penulis buku ini belum pernah berjumpa dengan saya, apalagi menjelaskan idenya tentang dunia tulis menulis. Tapi menurut saya, sebaiknya murid-murid sekolah SMP atau SMA (kalau tingkat SD rasanya lumayan sulit mengerti isi buku ini), disarankan membaca paling tidak dalam salahsatu segmen pelajaran bahasa Indonesia.

Lebih mudah dipahami, lebih mudah dipraktekkan dan lebih mudah dimengerti daripada langkah-langkah membuat karangan yang pernah diajarkan kepada saya jaman sekolah dulu. Walaupun diawal buku si penulis menyeret-nyeret pelajaran Bahasa Indonesia, tapi buat saya jelas lebih mudah membaca buku dengan bahasa ringan dan populer begini daripada mengikuti penjelasan cara membuat karangan di buku teks pelajaran.

Hebatnya lagi, buku Yuk Nulis! bisa diproleh tanpa biaya, alias gratis...

Komentar

  1. Aniek,
    duuhh... seneng banget kalo bisa berguna. semoga Aisha bisa ketularan menulis seperti Yla

    buat teman2 yang mau unduh gratis, silakan buka
    www.via-lattea.org/e-book-yuk-nulis

    Yuk Nulis!

    BalasHapus
  2. Waaaa....asikna punya blog sendiri...aku jg pinging sejak lama tuh mbak hehe...doain yaa as soon as possible :DDDDD...dua jempol deh bwt mba :)

    BalasHapus

Posting Komentar