Merayakan Satu Bulan Tanpa Menulis


Beberapa jam lagi tanggal 30 April, akhir bulan ini. Berarti genap satu bulan sudah saya tidak menulis apapun. Apapun, kecuali daftar belanja mingguan.

Bukan karena tidak ada ide, tetapi ide dan keinginan menulis sepertinya selalu muncul disaat yang tidak tepat. Sedang mandi, naik sepeda motor, saat memasak dan tentu saja Earth Hour, saat mati lampu khas Pelaihari.
Yang belakangan ini sebut saja seperti kambing hitam, seperti tidak diperlukannya lagi pelajaran tentang menulis indah karena sudah ada program pengolah kata di komputer, seperti (seolah) tidak diperlukannya lagi buku karena semua informasi bisa diperoleh dengan mudah di internet.

Mati lampu –saya suka menyebutnya Earth Hour- patut dijadikan acara khusus dalam merayakan satu bulan tanpa menulis. Bayangkan, ditengah keasyikan Aisha menulis surat untuk majalah kesayangannya, tiba-tiba suasana menjadi gelap. Bahkan Maliq bisa memberi kesimpulan tentang Pelaihari : Habis panas hujaan, habis hujan mati lampu..karena dia tidak bisa meneruskan “bacaannya” di starfall.

Siang hari juga tidak luput dari serangan mati lampu. Kegiatan menulis membutuhkan pasokan, yaitu sesuatu yang bisa dibaca dan sesuatu yang bisa dijadikan alat menyimpan tulisan. Karena kami sekeluarga menggunakan komputer, dan mendownload banyak e book untuk mengatasi anggaran pembelian buku, mati lampu di siang hari benar-benar patut “dirayakan”.

Earth Hour tidak perlu dijadikan momen khusus di sini, saya juga tidak bermaksud mendemo perusahaan listrik negara ataupun nrimo dengan kondisi seperti ini. Seorang teman sudah memberikan tips untuk mengatasi masalah pasokan listrik di rumah (mudah-mudahan termasuk menyumbang anggarannya).
Menulis dan atau merayakan hari “Satu bulan Tanpa Menulis” tidak ada hubungannya dengan kemampuan negara menyediakan supply listrik yang cukup dan layak bagi rakyatnya. Saya juga bukan penulis profesional tetapi pernah membenci menulis, belajar menulis, menyukai kegiatan menulis hingga hampir-hampir membencinya lagi.
Tulisan ini dibuat dengan notebook yang low battery dan memberikan warning “15% remaining” setelah 3 jam mati lampu disiang hari.  Hiduplah Indonesia Raya.

Komentar