Pelaihari, Kota Ramah Lingkungan


Saat mati lampu beberapa hari yang lalu, saya membuat status di facebook : “Daily earth Hour, Mati Lampu! Orang Pelaihari memang cinta lingkungan,Save the energy,save the earth”
Status itu sepintas menjadi lelucon, tetapi kota kecil yang dikelilingi perbukitan indah ini sungguh-sungguh merupakan kota yang ramah lingkungan.
Betapa tidak? Pertama, diluar masalah mati lampu yang konon menurut teman-teman di Pekanbaru,Balikpapan dan Indonesia timur merupakan masalah umum di luar pulau Jawa, Pelaihari sungguh sedikit menggunakan energi listrik. Tidak ada pusat perbelanjaan dengan lampu yang terang benderang dan pendingin ruangan walaupun tidak ada pengunjungnya, lampu jalan pun hanya di jalan utama dan sekedarnya.
Kedua, tidak ada industri besar didalam kota. Silakan menutup mata dengan kerusakan hutan akibat tambang batubara dan perkebunan sawit disekitarnya. Silakan menutup mata dengan keberadaan dan kualitas lingkungan pabrik makanan ternak dan sebuah industri mi terkenal di negeri ini yang ada di luar kota Pelaihari. Tapi didalam kota dimana penduduknya tinggal, tidak adanya pabrik yang jelas akan sangat menurunkan kualitas lingkungan membuat penduduknya boleh bernapas lega dengan udara ambien dan kualitas air yang jelas jauh dari tercemar.

Ketiga, Low Emission. Tidak adanya angkutan umum yang melintasi tengah kota, tidak adanya kemacetan tentu membuat emisi karbondioksida sangat rendah disini. Udaranya memang panas, tetapi bisa dihirup hingga membuat lega pernapasan. Saya pernah tinggal di Bogor dan Bandung yang walaupun sejuk dengan udara pegunungan, sulit rasanya menarik nafas lega di tepi jalan raya tanpa mencium buangan knalpot angkutan kota.
Keempat dan terakhir dalam catatan saya-tapi pasti masih banyak lagi buktinya – banyaknya daerah serapan dan lahan hijau dalam kota dan jumlah limbah yang sedikit. Tentu saja limbah domestik yang dihasilkan kota ini berbanding lurus dengan kepadatan penduduknya. Limbah medisnya juga hanya sebatas satu-satunya rumah sakit umum daerah, satu rumah sakit bersalin dan beberapa praktek bidan. Bayangkan berapa banyak sih efek limbah medis kalau dokter spesialis hanya satu orang untuk satu bidang untuk seluruh kota?
Maka saya berani menantang seorang teman dari  badan sertifikasi sistem manajemen lingkungan internasional untuk memeriksa dan memberikan sertifikat ISO14000 ke kota Pelaihari, sebagai kota ramah lingkungan.

Komentar

  1. wuiiiihhhh....nyamannya tinggal di pelaihari, kota ramah lingkungan, gak perlu tutup idung tiap jalan2 :)....tempat yg kondusif tuk besarin anak2 ^^

    BalasHapus
  2. hehe, iya..irit biaya facial n inhaler...debunya sedikiiiiiiiit

    BalasHapus

Posting Komentar