Di Rumah Saja, Siapa Takut?

Kepada para ibu dan wanita bekerja yang masih ragu memutuskan untuk tinggal di rumah mengurus keluarga.

Salahsatu ketakutan yang membayangi wanita bekerja (diluar rumah) ketika harus berada di rumah adalah kebosanan. Sewaktu saya masih bekerja, beberapa teman menyarankan ini dan itu untuk “nanti waktu bengong di rumah”. Dari bisnis kosmetik sampai makanan kesehatan.


Satu bulan mungkin bukan waktu yang cukup lama untuk mendeklarasikan “saya tidak bosan di rumah”. Tapi cukup untuk mengetahui bahwa dirumah saja ternyata bisa tidak membosankan.

Pertama, Niat.

Mengapa anda mau di rumah saja? Mengapa mau berhenti bekerja (kantoran) ? Tidak ada yang bisa menyatakan niat anda benar atau salah. Kalau anda menginginkan sesuatu, alasannya hanya bisa dibenarkan oleh anda sendiri. Mengurus anak? Dilarang suami? Lelah? Atau merasa cukup? Silakan saja, tetapi niat anda berhenti bekerja di luar rumah lah yang mendasari penglihatan anda tentang “di rumah tidak akan membosankan”.

Nikmatilah kegiatan mengurus anak-anak anda, nikmatilah kasih sayang dari suami yang melarang anda berpayah-payah mencari nafkah , nikmatilah waktu anda jika alasan anda adalah lelah. Paling mudah tentunya jika anda memang sudah merasa cukup bekerja di luar rumah.

Kedua, Sikap terbuka.

Menjadi wanita yang tidak bekerja di luar rumah (saya lebih suka menyebutnya begitu karena Ibu Rumah Tangga bukanlah istilah yang tepat untuk dijadikan antonim wanita karir) membutuhkan sikap terbuka.

Bersikaplah terbuka terhadap orang-orang sekitar yang menyarankan ini-itu untuk “kegiatan anda selain mengurus anak dan rumah”, tetapi keputusan melakukannya atau tidak tetap di tangan anda. Ya, saya tidak bekerja. Ya, saya mengandalkan penghasilan suami (misalnya) dan Ya, saya tidak melakukan apapun selain mengurus rumah dan anak-anak,tapi saya tidak memerlukan kegiatan tambahan apapun.

Terbukalah, bahwa orang lain mungkin tidak lagi mengenal nama anda seperti ketika anda berada di kantor. “Mami Maliq” dan “Ibu Dwi” adalah nama saya saat ini, instead of Aniek Listyowati.

Bersikaplah terbuka terhadap informasi. Ini yang paling penting. Kadang orang mendiskreditkan wanita yang tidak bekerja di luar rumah, yang bukan wanita karir, yang kadang disebut “hanya sebagai ibu rumah tangga” karena kecenderungan (maaf) ibu-ibu ini untuk tidak terbuka terhadap informasi selain (sekali lagi, maaf) masalah selebriti dan sinetron. Baca koran, dengarkan berita tentang bursa saham, politik luar negeri, resensi buku, dan apapun yang anda minati. Kuasai (saya tidak menyarankan untuk membeli) gadget dan perangkat teknologi informasi yang termutakhir, paling tidak ketahui informasinya.

Aplikasikan untuk kemajuan anak-anak anda.

Ketiga, manfaatkan waktu luang.

Mungkin yang terakhir ini yang menyebabkan ibu yang tidak bekerja identik dengan infotainment dan sinetron dan yang terbaru,facebook. Bahkan-sekali lagi maaf- bergosip dengan tetangga. Ketidakmampuan memanfaatkan waktu luang adalah penyebab yang harus anda hapuskan bahkan jika saat ini anda bekerja di luar rumah.

Manfaatkan waktu luang anda dengan cara yang lebih elegan, hilangkan label “menghabiskan uang suami”. Memanfaatkan waktu luang tidak berarti anda harus menghabiskan uang dan tidak seorang pun yang mewajibkan anda mendapatkan uang kecuali keluarga anda benar-benar membutuhkan anda untuk mencari nafkah tambahan!

Saya memilki waktu luang antara jam 7.30 pagi hingga jam 11.00 siang, ketika Aisha di sekolah dan Maliq dengan tempat bermainnya. Membaca buku, mengunjungi perpustakaan lokal dan menulis adalah hal-hal yang saya gunakan untuk mengisi jam-jam tersebut. Alih-alih sang kepala sekolah malah menawarkan saya untuk mengawasi perpustakaannya, ini tentu hanya sebuah kebetulan.

Sungguh kebetulan yang menyenangkan, bukan?

Seorang rekan saya sesama ibu yang tidak bekerja memanfaatkan waktu luangnya untuk berkebun sayuran di halaman rumah. Membuat kue, menjadi petugas posyandu, belajar keahlian salon atau mengajar sendiri si kecil berenang dan membaca. Saya tidak memasukkan anak-anak ke kursus keahlian yang bisa saya tangani sendiri seperti bahasa inggris, matematika, komputer dan calistung. Aisha dan Maliq bahkan tidak masuk TPA/TPQ karena saya masih bisa mengajarinya sendiri.

Jadi, selesai membereskan rumah dan menyediakan makanan untuk seluruh keluarga, tidak ada waktu “bengong” untuk seorang Ibu yang tidak bekerja. Dirumah saja? Siapa takut?

Komentar

  1. terima kasih, tulisan yang bagus sekali :)
    saya terkadang bingung aja ditanya,"Din, lagi ngapain di rumah ?"
    Lho, sejak saya di rumah, malah lebih sibuk (ceile) dibanding dulu di kantor yang terkadang malah asyik main game dll.
    apalagi kan Alma HS usia di bawah 7 tahun, jadi saya masih mendampinginya.

    BalasHapus
  2. Tulisan yang bagus. Banyak amat 'maaf'-nya :) Sopan sekali sih... Kalo bukan 'ibu rumah tangga' apa dong? Ibu yang tidak bekerja di luar rumah? Kenapa mendefinisikan diri dengan sesuatu yang tidak dilakukan? Senang juga ya jadi pustakawan, dikelilingi buku tiap hari... wah surga. Saya juga waktu memutuskan gak mau kerja di kantor, ternyata ada aja rezekinya. Padahal modal cuma internet doang, kalo dipanggil wawancara saya langsung nolak soalnya gimana caranya bawa anak tiga. Allah Maha Pemurah, kalau kita percaya, bisa aja semua itu.

    BalasHapus
  3. Mbak Andini : Ibu Rumah Tangga saja...tapi jangan dijadikan antonim wanita karir, gak tepat..kok gak ada pria karir dan pria rumah tangga?

    BalasHapus
  4. Setuju sekali mb aniek..
    Tidak ada yang lebih membahagiakan seorang ibu kecuali melihat jundi-jundinya tumbuh menjadi pribadi yang menawan..
    ah, semoga ini makin menguatkan saya

    salam hangat dari yogya mb^^

    BalasHapus

Posting Komentar