Kerja..oh Kerja...

Berproduksi itu Mutlak. Berpolitik itu Cara Bergaul


Dalam organisasi apapun, kita hanya bisa eksis bila mempunyai kontribusi yang signifikan. Bila kita amati orang yang pandai me-“lobby” dan berpolitik, sementara produksinya ‘kosong’, maka orang ini lambat laun tidak bisa meneruskan karirnya. Kekuatan kita dalam berproduksi merupakan modal agar kita bisa “diperhitungkan” dalam peta sosial organisasi. Individu yang produksinya di atas rata-rata tinggal mengasah cara berinteraksi, berapat, mendekati atasan dan orang-orang kunci, serta membuat diri lebih diperhitungkan dengan berusaha lebih bermain fakta, membina hubungan emosional yang sehat, berusaha menonjolkan orang lain tanpa lupa memunculkan diri sendiri. Kontribusi yang sudah kita tunjukkan jangan sampai dikotori dengan mempraktekkan cara gaul murahan seperti bergosip, menekan, menyalahgunakan jabatan, mencari muka tanpa alasan

Kutipan dari : [http://www.experd.com/news-articles/articles/118/]


Tinggal beberapa hari saja waktu saya menjadi "wanita pekerja", setidaknya menuju karir yang lebih baik dan menjanjikan di rumah keluarga Dwinanto. Hal yang menarik dan menjadi sebuah catatan pengalaman bekerja adalah yang diistilahkan sebagai "Politik Kantor".

Saya bukan praktisi HR, bahkan buta masalah human resource hanya gemar mengamati masalah lain diluar pekerjaan saya sehari-hari ditempat ini. Suasananya, pembicaraannya dan maaf - rebutan pepesan kosongnya.

Mungkin itulah seninya berada dilingkungan kerja, berpolitik dan mencari kerja (an lain diluar kerja). Bahkan seorang pengamat online media, Tuhu Nugraha Dewanto, menuliskan artikel menarik : Ketika Facebook Jadi Alat Politik Kantor.
http://www.portalhr.com/kolom/2id180.html

Dikantor -saya lebih suka menyebutnya tempat kerja, yang tidak terlalu besar seperti tempat saya tercatat sebagai karyawan ini, tidak ada yang terang-terangan menyebut istilah politik kantor. Tetapi bisik-bisik, rumor, dan sebangsanya dengan mudah didapat bahkan dari seorang office boy sekalipun. Orang yang tidak "bergaul" dianggap sombong dan sok suci, dan memang dijauhi.

Memang konon kabarnya, hal seperti ini terjadi dimanapun kita bekerja. Jadi, selain gelar akademis dan sebrek sertifikat, seharusnya para lulusan sekolah dan universitas dibekali juga dengan kemampuan berpolitik sebelum memasuki dunia kerja. Politik kantor, maksudnya..

Komentar

  1. Untunglah saya freelance, cuma berurusan dengan produksi, minus politik rebutan pepesan kosongnya.

    BalasHapus

Posting Komentar