DIANTARA LORONG KANTOR DIKNAS BEKASI

Tiba waktunya mengurus surat pindah sekolah Aisha. Rencana kami untuk menetap di Pelaihari, Kalimantan selatan sudah semakin dekat. Tadinya kami pikir dengan status Aisha yang masih di semester 1 kelas I SD, tentunya tidak sulit mengurus kepindahannya ke sekolah baru.


Surat pindah dari sekolah memang sudah ditangan, tetapi pihak sekolah baru meminta Nomor Induk Siswa Nasional yang ternyata belum diurus oleh sekolah lama Aisha. Hal ini bisa dimengerti karena belum genap 1 semester sehingga saya menyanggupi untuk mengurusnya sendiri ke Kantor Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

Serumit apa sih?

Tidak ada petunjuk apapun di kantor yang masih sangat sepi pada jam 08.00 pagi tadinya saya pikir karena tidak banyak orang yang suka memindah-mindahkan sekolah anak. Masuk di lantai satu hanya menemukan tulisan di pintu tertutup "PAUD,Non Formal". Disusuran tangga memang ada nama-nama bagian seperti "Dik-Das" dan "Dik-men" tetapi benar-benar tidak bisa dimengerti kemana harus mengurus "NISN : Nomor Induk Siswa Nasional", apa semua orang sudah tahu harus kemana? atau hanya staff sekolah yang mengerti saja yang datang kemari?

Seorang bapak berseragam Diknas berbaik hati berhenti ketika saya tanya kemana harus mengurus surat pindah sekolah.

"Lantai 2,"Ujarnya sambil naik tangga. Saya pun mengikuti. Si bapak menunjukkan ruangan yang pintunya bertuliskan "Mushala" ..nah lho.. sudah tanda-tanda tidak meyakinkan tapi karena tidak tampak pintu lain (hanya lorong yang entah menuju kemana) saya pun masuk.
Ruangan itu sepertinya tempat penerimaan surat masuk karena ada tulisan "SURAT MASUK" dimejanya. Sejenak saya berdiri mengamati (bahasa keren untuk bingung), karena tak ada apapun yang menyiratkan "Pindah Sekolah". Bapak tadi menghilang entah kemana.

"Mau apa bu?" tanya seorang pegawai berkerudung. "Mengurus surat pindah", Jawab saya semangat menghampiri. Si petugas mengambil berkas di tangan saya dan membalik-balik isinya,"SD,SMP atau SMA?"
Lha, tulisannya 'kan SD Islam ..pikir saya," SD bu.."

"Surat pindah bukan disini dilantai 3 bagian DikDas", sahutnya tenang. Agak aneh langkahnya membalik-balik berkas anak saya kalau ditempatnya itu bukan tempat pengurusan surat yang dimaksud. Saya naik   lagi ke lantai 3, gedung ini tidak dilengkai lift, jadi dengan tangga saja. Beruntung saya langsung menemukan tulisan dikdas di pintu salah satu ruangan. Pintu coklat dilengkapi tulisan dengan latar belakang orange gelap agak sulit dilihat,tanda  tulisan yang hitam putih adalah "Ruang Rapat" dan "Gudang PSL".

Masuk ke ruangan itu, saya lebih bingung lagi. Petugas di sisi ruangan tengah membaca koran, yang lain asyik berbincang-bincang. Seorang Ibu yang duduknya tepat menghadap pintu terbuka dimana saya berdiri tidak sedang melakukan apa-apa.Saya mengetuk, dia tetap diam. Petugas yang membaca koran yang lebih dulu menanggapi," mau apa bu?"
"Mengurus surat pindah"
"Oo dengan Ibu ini," Ia menunjuk Ibu yang tidak melakukan apa-apa. Saya menuju si Ibu dan menyerahkan berkas.
"Pindah kemana?", tanyanya tak acuh
"Kalimantan Selatan, saya mau tanya tentang nomor induk, kata sekolahnya..
"OO saya tidak tahu,"Tukasnya,"Ibu fotokopi saja semua  rangkap, lalu kembali kesini"
Ia hanya membubuhkan beberapa stempel.
"Kembali?", tanya saya
"Iya..itu belum diberi nomor dan dicatat"

Saya kembali lantai satu dan mencari tempat fotokopi yang ternyata terletak dibelakang gedung, lima menit saya kembali ke atas.

Si Ibu berlama-lama dengan berkas yang hanya 6 lembar, memberi nomor dan mencatat. saya tetap berdiri sehingga petugas yang membaca koran menyuruh saya duduk didepannya, tidak ada kursi didepan Ibu yang mengerjakan surat-surat saya sementara beberapa orang lain terus mendatanginya.

Ibu itu menyerahkan 1 copy dan aslinya kepada saya setelah beberapa menit.
"Silakan ke lantai 2 minta validasi", Ujarnya ketus. Saya hampir beranjak ketika ia melanjutkan " administrasi, berapa saja"
Ini dia, pikir saya dengan sengaja menyodorkan uang lumayan besar untuk 'administrasi' lalu mengucapkan terimakasih.
"Sama-sama", sahutnya, Ramah.

Hebat, pikir saya sambil menuruni tangga mencari bagian "validasi". Tidak ada petunjuk prosedur samasekali. padahal sementara saya menunggu beberapa orang lalu lalang menanyakan hal yang sama dengan saya.
Lantai 2, kembali ke ruangan yang bertuliskan Mushala, karena bingung.

"Validasi? belok kiri, cari tulisan Bina Program", kata seorang petugas di belakang tulisan "Surat masuk"

Saya mengikuti petunjuknya menyusuri lorong, belok kiri, sampai dipintu bertuliskan Bina Program, belok  kiri lagi..Voila! ada loket bertuliskan besar-besar "NISN,NUPTK dan entah apa lagi. Dan beberapa loket tanpa tulisan berjajar. Mengapa Loket ini tidak ditempatkan diluar?

Karena loket bertulisan dikerumuni orang, dan ada tulisan NISN yang saya kenali, saya pun menuju kesitu dan berusaha membaca.
"EEEh Antri dong,"ujar seseorang dengan keras
"maaf bu, cuma mau baca"
"ngurus apa?", katanya melunak
"Validasi surat pindah"
"iya disini, antri ya, setelah saya, dia-dia...,'si Ibu menunjuk hampir semua pengantri
'baik Bu"

Dia bukan petugas, hanya seorang guru yang mengurus NUPTK. Tetapi menertibkan hampir semua pengantri yang rata-rata bukan guru ataupun staff sekolah, berbincang selama mengantri saya mendapati semuanya tidak mengerti prosedur. Bahkan kami saling memberitahu apa yang kurang dan beberapa orang saling bertanya ,"Bayar Berapa?"

Petugas loket cuma satu orang, tampak bingung dengan lap top Acer keluaran terbaru dan tidak bisa mengoperasikan printernya.Beberapa orang menyapanya Pak Haji dan langsung masuk ke ruangannya untuk menyelesaikan permintaan mereka, tanpa mengantri. Diakhir pengurusan ini kata-kata ajaib terdengar lagi "Administrasi, berapa saja"

Kenapa tidak pasang kotak amal disamping loket ya?

Tentunya banyak ahli yang dipekerjakan pemerintah, apalagi Dinas Pendidikan, kalau hanya untuk mengurusi sistem dan lay out yang lebih mudah dimengerti orang awam. Bukankah tidak sulit menempelkan prosedur di lobi? atau loketnya sekalian? atau sekedar tanda panah "SURAT PINDAH" lalu "VALIDASI" ..atau sekedar prosedur yang bisa diakses di mesin pencari. Dan sedikiiiiit pengetahuan orientasi pelanggan untuk pada petugasnya..atau kepedulian terhadap masyarakat?

Komentar

  1. ya itulah profil pada umumnya perkantoran pemerintah, sengaja tdk dibikin jelas, kayaknya spy jadi sumber penghasilan tambahan ( " Administrasi, berapa ajah !" )

    BalasHapus

Posting Komentar