Berdoa untuk Ujian atau ujian doa-doa?

“Bu Guru, masa anak 3 tahun suruh ngapalin (-menghafal,pen) doa-doa 2 lembar??”
[Status fb Ira Aldi Akbar]

Inilah rupanya perkembangan terbaru dari pendidikan usia dini. Bahkan dari usia yang masih pantas menggunakan diapers, anak sudah disuruh menghafal dan lebih ekstrim lagi akan diujikan! Memang dalam konteks doa, menghafal nya menjadi sebuah ibadah yang mesti dikenalkan pada anak sedini mungkin. Tetapi kalau harus dihafalkan karena akan diujikan, menurut saya pribadi malah menghilangkan unsur pendidikannya. Anak-anak akan merasa harus menghafal doa karena nanti akan diujikan, bukan berdoa sebagai bagian aktivitas biasa.

Waktu Aisha TK B, saya pernah mendengar dia bercerita bahwa “minggu depan ujian” . Entah apa maksudnya karena saya tidak pernah menekankan apapun yang dipelajari Aisha di sekolah. Bukannya tidak memperhatikan pelajaran atau pendidikannya tetapi karena menurut saya dan suami, pergi ke Taman kanak-kanak hanyalah kegiatan diantara waktu kerja kami dan waktu tidur siang anak-anak. Pendidikan yang sebenarnya kami lakukan sendiri mengikuti kemampuan Aisha.

Saya juga pernah mengeluhkan hal yang sama mengenai pendidikan ibadah belakangan ini di sekolah pada sebuah posting di milis sekolah rumah, khususnya sekolah Aisha. Tanpa mengurangi rasa hormat pada Ibu Guru yang sudah berpayah-payah mengajarkan ritual doa dan ibadah, tetapi penekanan pada hafalan dan kegiatan ibadah yang diujikan terasa belum pantas untuk anak-anak di usia dini. Biarlah mereka mengerti Ibadah sebagai bagian dari aktivitas rutin harian dulu, disini peran orang tua yang harus di uji oleh pihak sekolah-kalau perlu. Karena seorang kompasianer pernah memberitahu saya bahwa konon orang tua yang melakukan home education di luar negeri harus disertifikasi,ini bisa jadi ide bagi sekolah-sekolah muslim untuk mensertifikasi orang tua murid – jika perlu – supaya bisa menerapkan kebiasaan beribadah kepada anak-anaknya.

Bagi orang tua, bukan masalah sempat tidak sempat atau bisa tidak bisa, tapi masalah menjadikan doa dan ibadah sebagai aktivitas yang bukan untuk di ujikan adalah lebih penting.

“Mami saja tidak tahu doa sebelum ujian, kenapa aku harus menghafal doa untuk ujian?”

Jadilah kita orang tua yang belajar ibadah bersama anak, membuat anak menyadari kebutuhan membaca doa sebelum ujian, bukan menghafalkan doa karena akan menjadi soal Ujian.

Komentar