Bekerja di Industri : Cuma perlu sedikit kemampuan

Pengangguran di Indonesia telah mencapai 9 juta jiwa. Pengangguran ini tercipta karena calon tenaga kerja tidak memiliki kompetensi yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh dunia industri.
(eduBENCHMARK, Majalah Pendidikan Online, 12 Jan 2010)

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU RI No.2 Th.1989)

Saya ingin berbagi sedikit pengalaman setelah 11 tahun bekerja dibidang industri. Walaupun pengertian saya masih sangat minim dan agak kacau mengenai perbedaan kompeten dan kompetensi dan konon tidak akan pernah terjadi link and match antara industri dan pendidikan, paling tidak saya melihat dari dalam apa yang sebenarnya diperlukan oleh pelaku industri.

Saya juga tidak berharap anak-anak saya bekerja di bidang yang sama dengan saya (industri), tetapi bidang ini -sesuai levelnya - bisa dimasuki bahkan dengan kompetensi paling dasar yang dimiliki seseorang. Kompetensi minimal inilah yang saya tuliskan dalam daftar berikut :

Saya khususnya, sering berharap kemampuan berikut dari rekan/anak buah saya saat ini : 

1. Bahasa Inggris , paling tidak untuk komunikasi email dan mengerti penjelasan tulisan populer. Tidak perlu standard TOEFL atau lulus level advance. Bisa menjelaskan sebuah situasi dan mengerti situasi yang dijelaskan orang lain, cukup.

2. Matematika Dasar. Menghitung luas dan volume, diagonal dan mampu menerapkan rumus dasar trigonometri. Rumusnya bisa diperoleh dimana saja. Tidak ada aturan "Tidak boleh Nyontek" dalam bekerja. Tetapi kasus pelanggan menginginkan sebuah produk dengan derajat kemiringan x paling tidak mudah diterjemahkan.

3. Fisika Dasar. Cahaya dan Optik, besaran dan satuan serta prinsip gerak/gaya. Kalau tidak mengerti mejikuhibiniu dan "gak nyambung" ketika berbicara masalah sifat cahaya, ini masalah. Bekerja di industri apapun mengaitkan kemampuan menerapkan fisika dasar dalam benda (produk) nyata, bukan rumus diatas kertas. Utamanya konversi satuan, logika saja sudah cukup. Software konversi bisa diperoleh gratis di internet, tidak usah hafal.

4. Kemampuan menulis. Bekerja di Industri dekat dengan pemberian instruksi, penulisan standard kerja dan pembuatan manual. Bukan menulis cerpen atau puisi, hanya menyusun kalimat  tentang bagaimana melakukan suatu pekerjaan yang bisa dimengerti siapa saja.

5. Akuntansi Dasar. Syukur-syukur mengerti sedikit tentang perhitungan biaya produksi. Industri tidak pernah lepas dari istilah costdown, biaya produksi, failure cost dan sebangsanya.

6. KEMAUAN (bukan kemampuan) untuk mempelajari hal baru. Sepintas bekerja di industri bisa dilakukan seperti robot, tetapi mengikuti trend entah keinginan user, sistem manajemen baru sampai peraturan pemerintah yang terbaru senantiasa dituntut dari orang-orang yang bekerja dibidang ini.

Komputer dan penggunaan gadget tentunya bukan sesuatu yang harus dituliskan atau diharapkan.

Benar-benar tidak sulit untuk memasuki dunia industri, masalahnya saya ingin anak-anak saya menciptakan "industri"nya sendiri.

Komentar