Belajar tentang bullying ..

Aisha bercerita kalau belakangan ini ia sering memukul kepala Nabila, teman sebangkunya.

Saya terkejut bukan main.

"Jangan suka pukul teman, kakak"

"Habis, kalau kakak menulis, nabila dorong-dorong meja terus. kadang-kadang nabila suka nyontek kerjaan kakak"

"Bagaimana kalau nanti Nabila bilang ibunya, lalu ibunya marahin kakak?"

Aisha tampak ketakutan.

"Gak usah takut, besok minta maaf sama Nabila dan jangan di ulangi lagi"

"Ya, Mami"

"kalau Mamanya Nabila tegur kakak, bilang sama mami ya.."

Saya sedikit khawatir dengan interaksi Aisha dan teman-temannya di sekolah. Beberapa waktu yang lalu dia menceritakan "kakak Tito menarik tangan kakak" lalu "kakak Tito nakut-nakutin kakak pake cicak".
Nasihat saya waktu itu, "jangan kasih lihat sama teman yang nakal kalau kakak takut"

Maraknya pemberitaan kasus bullying di sekolah akhir-akhir ini membuat saya paranoid. Belum lagi pengalaman waktu saya duduk di bangku SD dulu. Ada seorang anak bernama sahrul yang kadang meminta uang jajan kami. Dulu menakutkan hingga saya tidak pernah bercerita pada mama ataupun bapak. Ada juga teman lain yang suka memukul dan mengganggu, yang baru sekarang saya ketahui sebagai bullying.

Kenapa saya tidak pernah bercerita pada orang tua saya? saya juga tidak mengerti. Rasanya jauh sekali masa itu dan sudah tidak bisa diingat-ingat lagi. Hanya kecenderungan tidak berceritalah yang terbawa sampai sekarang. Yang saya tahu, saya tidak mau Aisha menjadi korban ataupun pelaku bullying.

Tentang bullying sendiri sudah banyak situs-situs yang membahasnya. Salahsatunya saya pelajari disini :

http://umum.kompasiana.com/2009/02/20/bullying-sebuah-fenomena-negatif-pada-sekolah-sekolah-di-indonesia/

Semalam, saya bertanya lagi pada Aisha ,"Kakak, masih suka pukul Nabila?"

"Ya enggak lah, sudah minta maaf, masa dilakukan lagi"

Saya menarik nafas lega untuk pengertian Aisha. Tapi belum lega dengan kenyataan bullying masih bisa terjadi padanya. Aisha harus bisa menceritakan segala sesuatunya pada saya, maminya. Tidak seperti saya dulu yang lebih suka menyimpan semuanya. Paling tidak, itulah peran terbesar yang bisa saya lakukan saat ini.

Mendengar, menganalisa, baru melakukan tindakan selanjutnya. Apakah menarik anak dari sekolah formal merupakan jalan terbaik? apakah membekalinya dengan ilmu beladiri juga yang terbaik? apakah menjadikannya pribadi yang percaya diri yang terbaik?

Let mommy know, Aisha..Let Mommy hold and take care of you..

Komentar

  1. Komunikasi yang baik antara anak dan orang tua mungkin bisa jadi pencegah dan penangan efektif buat bullying ya, Mbak.
    Kalau masa kecilku dulu, aku pelaku sekaligus korban bullying. Dua tahun jadi pelaku, empat tahun jadi korban kalau tidak salah ingat. Serem deh ... namun pengalaman berharga juga.
    Anyway, nice blog, Mbak. Informatif, enak dibaca, dan ramah di mata. ^_^

    BalasHapus
  2. wah banyakan di bully nya ya mbak, thanks apresiasinya

    BalasHapus

Posting Komentar