Sebuah Pelajaran

"Aku maunya homeschooling aja, tapi mami jangan bekerja"

Pernyataan Aisha itu lebih dari sekedar pukulan. Belakangan ini, termasuk tadi pagi kami kerap bertengkar di pagi hari. Benar-benar bikin sakit kepala.

Masalah sarapan, masalah pakaian, masalah jam tidur.

Masalah kenapa aisha dimasukkan ke sekolah swasta (full day) yang agak jauh dari rumah sehingga harus berangkat pagi-pagi dan pulang sangat siang sehingga dia lelah. Masalah kenapa saya merasa berat meninggalkan pekerjaan kantor sehingga tidak ada waktu mengurus dan melaksanakan full homeschooling.

Masalah sebesar apa cinta saya pada anak-anak kah?

Pagi ini dimulai dengan membaca sebuah artikel di milis langganan -kebanyakan anak menerima kalimat negatif daripada kalimat positif. Membaca juga encouragement nya Rhenald Khasali ..seperti ada yang memberi cermin (dan tinju) kepada saya.

Membandingkan Maliq yang sudah diputuskan melakukan HS sampai cukup umur. Kegiatan yang saya programkan untuk dilaksanakan bersama si Mbak adalah : Jalan Pagi, mandi, sarapan, lalu kegiatan gunting tempel,mewarnai dan kerajinan lainnya yang memang sangat dikuasai si Mbak. Lalu makan siang dan tidur bersama kakak, sisanya bermain.
Malam hari baru sedikit-sedikit saya beri muatan akademis seperti belajar huruf dan mengaji. Tidak ada stress yang dialami Maliq.

Masalah seberani apa saya melakukan HS untuk Aisha yang sudah SD..

Padahal, di minggu kedua sekolahnya Aisha sedikit terlihat bosan dan meremehkan pelajaran. Karena materi semester I di sekolah (formal) sudah dilaluinya dirumah. Selain kurikulum akademis, komunitas HS pun sudah saya "temukan"..Aisha jelas menginginkan HS ..yang saya butuhkan tinggal keberanian. Keberanian menghadapi diri sendiri untuk tidak egois dan mementingkan pekerjaan dan karir.

Keberanian untuk menjadi seorang ibu,menjadi pendidik sebenarnya.

Komentar